BERBAGI DAN MENGINSPIRASI

Melangitkan Pengetahuan Membumikan Inspirasi

Optimalisasi Indian Ocean RIM Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) sebagai Politik Poros Maritim Indonesia



Agenda politik luar negeri merupakan bagian tak terpisahkan dari program dan prioritas pemerintah, yaitu mencapai Indonesia yang aman, damai, adil, dan sejahtera. Terkait dengan itu, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan hubungan luar negeri yang diatur dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.[1] Dengan berdasar pada peraturan tersebut, pemerintah mempunyai beberapa garis halauan dalam penyelenggaraan hubungan. Di era reformasi kita tidak lagi dibebani oleh berbagai kondisionalitas yang  dulu  dikaitkan  dengan  sistem  pemerintahan  yang  dianggap tidak demokratis dan melanggar HAM.[2] Tantangan kita sekarang adalah bagaimana menarik manfaat sebesar-besarnya dari hubungan baik dan saling menguntungkan yang telah berhasil kita bangun. Politik luar negeri dibangun berdasarkan konstruksi nilai-nilai luhur Pancasila.[3] Hubungan luar negeri yang dibangun juga harus berdasarkan atas sifat saling menguntungkan antarkeduabelah pihak. Terjalinnya hubungan luar negeri dengan baik akan mendukung pembangunan di Indnesia.
Indian Ocean Rim Assotiation for Regional Cooperation (IOR-ARC) merupakan organisasi yang keanggotaannya terdiri dari negara-negara yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.[4] Organisasi ini dideklarasikan di Mauritius tahun 1997 yang dilatarbelakangi oleh terbentuknya pasar tunggal Uni Eropa sejak tahun 1992. Selain itu, munculnya negara Afrika Selatan sebagai negara multiras yang menghapuskan rezim apartehid. IOR-ARC bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi yang berada di kawasan Samudera Hindia dengan menggunakan tiga pilar utama yakni: (1) Working Group on Trade and Investment (WGTI) yang merupakan forum untuk mempromosikan kegiatan perdagangan dan investasi; (2) IOR-Bussiness Forum (IOR-BF) yang ditujukan unttuk para pengusaha; (3) IOR-Academi Group (IORAG) yang ditujukan untuk para akademisi.[5]
Peran aktif Indonesia dalam IOR-ARC ditunjukkan melalui keteribatan Indonesia secara langsung dalam beberapa proyek IOR-ARC. Samudera Hindia yang merupakan salah satu kawasan laut terbesar di dunia dengan luas lebih dari 68.665 juta km2 memiliki potensi yang sangat besar di berbagai sektor.[6] Selain kaya dengan sumber daya alamnya, Samudera Hindia juga merupakan rute pelayaran laut yang menghubungkan benua Asia, Afrika dan Eropa. Bahkan lebih dari 40% produksi minyak dunia dihasilkan dari pertambangan minyak lepas pantai (offshore) di Samudera Hindia.[7] Potensi yang lain, daerah yang berada di kawasan Samudera Hindia merupakan kawasan tempat wisata yang indah dengan berbagai terumbu karang yang dimiliki. Samudera Hindia menjadi kawasan yang sangat strategis baik dalam Zona Ekonomi Eksklusif, Sumber daya alam, maupun aspek yang lain seperti pariwisata.

Pembahasan
Keikutertaan Indonesia dalam IOR-ARC memberikan masa depan yang sangat baik terlebih setelah Presiden Joko Widodo yang mempunyai program kerja untuk mengembalikan Indonesia sebagai “Ratu Laut” juga mempunyai tendensi yang besar terhadap komitmen sumber daya laut yang dimiliki. 60% wilayah Indonesia adalah laut serta perairan dan sisanya adaah daratan. Potensi ekonomi dan bidang-bidang kerjasama cukup luas tersedia di kawasan Samudera Hindia. Dalam bidang investasi, kerjasama antara negara-negara di kawasan Samudera Hindia akam melahirkan berbagai industri baru yang akan meningkatkan proses transformasi ekonomi dan land-based kepada ocean-based sebagai upaya untuk meningkatkan maritime power.[8]
Di tinjau dari segi ekonomi, besarnya potensi yang ada di kawasan Samudera Hindia menjadikan IOR-ARC sebagai forum yang sangat strategis untuk mewujudkan kepentingan nasional Indonesia melalui berbagai kerjasama dalam berbagai bidang. Pemanfaatan akses ekspor dan impor produk-produk nasional lebih mudah dengan akses yang diberikan oleh kerjasama antar anggoa IOR-ARC. Melalui organisasi ini diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala dalam meningkatkan hubungan internasional.
Dalam konteks kerjasama perdagangan, total nilai perdagangan negara-negara anggota IOR-ARC dengan ASEAN mencapai 509.7 miliyar US$ pada tahun 2009 atau 30% dari total perdagangan ASEAN dengan dunia sebesar 1700 miliyar US$. Nilai ini sangat besar bila dibandingkan dengan total nilai perdagangan South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) dan South African Development Community (SADC) dengan ASEAN yang hanya mencapai 56.2 miliyar US$ dan 6.3 miliyar US$. Hal ini menunjukkan besarnya potensi perdagangan negara-negara ASEAN dengan IOR-ARC. Indonesia sebagai salah satu negara yang memegang perannan penting dalam ASEAN dapat memanfaatkan mementum strategis untuk meningkatkan volume perdagangan ke negara-negara IOR-ARC yang umumnya merupakan pasar non tradisional.[9]
Di bidang perikanan,[10] penangkapan ikan Indonesia di Samudera Hindia menurut FAO hanya sekitar 9%/tahun dari keseluruhan sumber daya yang dimiliki, sehingga potensi dan peluang pengembangannya masih sangat besar. Dalam konteks sumber-sumber mineral, bahkan masih belum banyak potensi yang dikembangkan lagi. Beberapa mineral yang berpotensi sebagai pengganti minyak bumi dimana Indonesia diprediksi menjadi negara terkaya akan tambang itu. Diantaranya adalah nautilus, sea mound, metal sulphide, methane high grade dan lain sebagainya. Dalam segi energi, pemanfaatan energi ombak di Samudera Hindia masih sangat kurang dimanfaatkan dan belum dikembangkan secara maksimal. Padahal, potensi ombak yang sangat besar dapat dikembangkan sebagai penghasil potensi energi yang terbarukan.
Beberapa tantangan dalam perkembangan[11] IOR-ARC antara lain adalah kurangnya antusiasme negara-negara anggota terhadap berbagai royek yang ditawarkan dan kendala dari sisi pendanaan. Mayoritas negara-negara anggota IOR-ARC adalah negara-negara berkembang. Selain itu, IOR-ARC belum begitu terkenal di masyarakat, khususnya dikalangan masyarakat Indonesia dan ASEAN. Salah satu penyebabnya adalah karena lambatnya perkembangan IOR-ARC sehingga gaungnya belum begitu terdengar.
Dari sektor ekonomi, patut menjadi perhatian bahwa dari keseluruhan nilai perdagangan Indnesia dengan negara-negara IOR-ARC masih devisit perdagangan. Hal ini terlihat dari total impor Indonesia yang mencapai 43 milyar US$ lebih besar daripada ekspor produk nasional yang hanya sebesar 32 miliar US$.[12] Kawasan Sameudera Hindia merupakan kawasan yang dilalui oleh lempeng tektonik yang merupakan pertemuan antara Indo-Australian dengan Euroasia, sehingga sangat sering terjadi bencana alam seperti gempa, gelombang tsunami, badai dan berbagai gejala alam lainnya. Selain itu, meningkatnya aktifitas pelayaran sebagai rute perdagangan laut terbesar di dunia menjadikan faktor keamanan dan stabilitas wilayah menjadi sangat penting.[13]

Langkah Strategis Politik Poros Maritim Indonesia
Besarnya otensi yang dimiliki organisasi IOR-ARC dan peran Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki peran sangat besar bagi organisasi ini, membuat optimalisasi kegiatan perekonomian di kawasan Samudera Hindia sangat besar. Pemanfaatan sumber daya yang optimal dapat mengembangkan potensi yang telah dimiliki sebelumnya menjadi negara yang makmur. Politik luar negeri poros maritim merupakan salah satu program kerja kabinet Presiden Joko Widodo. Pemanfaatan kembali potensi laut Indonesia dirasa sangat tepat karena hampir 60% wilayah teritorial Indonesia adalah laut.
Politik luar negeri Indonesia harus dibangun dengan berdasarkan kepentingan nasional. Dalam teori ekonomi klasik[14] disebutkan bahwa pelaksanaan hubungan kerjasama antarnegara pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan neganya sendiri dan tidak terpikir keuntungan untuk negara lain. Tetapi Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara yang lain.
Berikut merupakan beberapa langkah yang bisa diambil melalui politik luar negeri poros maritim ini adalah sebagai berikut.[15]
  1. 1.      Perlunya upaya untuk merevitalisasi IOR-ARC dalam mencapai tujuan organisasi
  2. 2.      Perlunya upaya pengenalan IOR-ARC kepada kalangan pemerintah, akademisi, dan masyarakat serta sektor-sektor yang lebih luas lagi untuk mengembangkan potensi Samudera Hindia yang telah ada.
  3. 3.   Perlunya pemanfaatan peluang untuk penguatan posisi Indonesia dalam peningkatan kerjasama dan pengembangan IOR-ARC, dengan mengingat adanya keyakinan bahwa ASEAN adalah prime mover IOR-ARC.
  4. 4.      Pentingnya pendekatan cultural negotiation antara Indonesia dengan negara-negara IOR-ARC lainnya, khususnya yang berada di Asia Selatan dan Afrika guna membangun saling kepercayaan yang pada akhirnya juga akan menunjang terjalinnya kerjasama antaranggota IOR-ARC. Untuk tingkat domestik, perlunya dorongan yang lebih kuat untuk meningkatkan kerjasama tripatrit yang melibatkan pemerintah, swasta, dan kalangan akademisi sebagai pemangku kepentingan utama. Terkait hal ini, diperlukan peningkatan koordinasi, singkronisasi dan sinergi dalam pelaksanaannya, terutama  pada dukungan kalangan akademik 

Jika dilihat dari konteks strategi kebijakan, Samudera Hindia masih memiliki potensi yang sangat besar serta potensi ekonomi yang sangat melimpah namun belum dijadikan sebagai economic base, khususnya yang berbasis resource. Peluang pengembangan dan pengelolaan sumber daya di Samudera Hindia terkendala dengan belum adanya Indonesian Indian Ocean Policy.[16] Disektor perikanan dan kelautan, diperlukan adanya terobosan baru dalam konteks pengembangan kapasitas perikanan.


Penutup
Samudera Hindia memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah, keadaan tersebut juga didukung dengan posisinya sebagai rute pelayaran yang utama di dunia. Berbagai potensi yang ada tentunya harus dimanfaatkan dan dikelola demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. IOR-ARC merupakan salah satu organisasi yang terdiri dari negara-negara yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Organisasi ini berfungsi sebagai salah satu penggerak ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam. Peran pemerintah dalam mengelola Samudera Hindia sangat besar, dimana nantinya dengan kebijakan poros maritim yang ditawarkan oleh presiden Joko Widodo akan menjadi salah satu roda penggerak perekonomian bangsa. Kerjasama dengan berbagai negara yang ada di sekitar Samudera Hindia bisa lebih ditingkatkan dengan pembangunan berbagai infrastruktur yang memadai.





[1] Pratomo, Edi. 2010. Panduan Umum dan Tata Cara Penyelenggaraan Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Kementerian Luar Negeri.
[2] Pada masa pemerintahan orde baru, pemerintah terkesan otoriter dengan mengedepankan politik luar negeri yang digunakan untuk memperkaya diri. Hutang luar negeri yang sangat besar, statement pelanggaran ham dan non-demokratis disandang oleh era pemerintahan ini. Dapat dilihat di Ilmu Hubungan Internasional karya Tunggal, Restuning halaman 21.
[3] Gilpin Robert dan Gilpin Milis Jean. 2002. Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21. Jakarta: Raja Grafindo halaman 57
[4] Kementerian Luar Negeri. 2010. Kajian Samudera Hindia. Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan halaman 154
[5] Fauzi, Ahmad. 2010. Lokakarya Pemanfaatan Potensi Kerjasama Indian Ocean Rim for Assiciation (IORA) bagi Kepentingan Nasional Indonesia. Jurnal Ilmiah. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Ed. XXIV Tahun 2010 halaman 86
[6] Djalal, Hasjim. 2010. Menghadaplah ke Samudera Hindia. Padang: Pusat Studi Samudera Hindia Universitas Andalas halaman 3
[7] Banyaknya sumber daya tambang yang ada di Samudera Hindia membuat berbagai negera berebut untuk menguasai dan mengelolanya seperti yang sedang terjadi di Blok Ambalat yang juga masuk wilayah Samudera Hindia
[8] Kementerian Luar Negeri. 2010. Kajian Samudera Hindia. Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan halaman 176
[9] Gilpin Robert dan Gilpin Milis Jean. 2002. Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21. Jakarta: Raja Grafindo halaman 59
[10] Djalal, Hasjim. 2010. Menghadaplah ke Samudera Hindia. Padang: Pusat Studi Samudera Hindia Universitas Andalas halaman 9
[11] Analisis sintetis yang dilakukan oleh penulis merupakan pendapat penuis yang didasarkan pada berbagai aspek yang telah dipaparkan sebelumnya. Tantangan dan perkembnagn yang disajikan merupakan salah satu hal pentingnya mengoptimalkan kerjasama dengan IOR-ARC
[12] Gilpin Robert dan Gilpin Milis Jean. 2002. Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21. Jakarta: Raja Grafindo halaman 58-59
[13] Djalal, Hasjim. 2010. Menghadaplah ke Samudera Hindia. Padang: Pusat Studi Samudera Hindia Universitas Andalas halaman 6-7
[14] Deliarnov. 2013. Ekonomi Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka halaman 9
[15] Analisis langkah kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam mengembangkan politik luar negeri poros maritim merupakan salah satu program kementerian luar negeri yang telah dikembangkan dengan menyesuaikannya pada keadaan yang ada.
[16] Sebagai salah satu dorongan kepada negara-negara sekitar Samudera Hindia untuk lebih mengembangkan potensi kekayaan yang telah ada


Optimalisasi Indian Ocean RIM Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) sebagai Politik Poros Maritim Indonesia Optimalisasi Indian Ocean RIM Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) sebagai Politik Poros Maritim Indonesia Reviewed by Unknown on 17.53 Rating: 5

1 komentar:

Kunjungi Website Berikut

Diberdayakan oleh Blogger.